Semua orang pada akhirnya akan ‘pulang’ ke tempat yang (dia rasa) nyaman. Entah pulang ke rumah, kampung halaman, kamar kos yang nyaman. Atau berpulang pada Tuhan.
Akupun akhirnya pulang. Ya pulang ke ‘rumah’. bukan rumah ang digambarkan dengan bangunan fisik, berlantai dua, dan punya balkon untuk memanggang daging bersama teman. Definisi rumah bagi tiap orang mungkin berbeda. Bagiku, inilah ‘rumah’. Aku kabur dari rumah sejak tahun 2015. Hari ini baru ketemu jalan pulang.
Rumah ini banyak kenangan, dulunya selain tempat melepas stress, disini aku punya teman juga. Yang sama-sama suka menulis. Jadi kalau kamu baca tulisan yang kacau ini, harap maklum. Karena sudah lama tidak melepas penat.
Dulu kukira, saat sudah menikah, maka perempuan harus mau melepas hobinya untuk mengurus keluarga. Egois ya? Itulah yang kupahami dulu. Jadi menulis bukan prioritas lagi. Buku-buku yang sudah terbeli, harus berakhir dengan sampul plastik di lemari. Puluhan list drama korea juga harus disimpan. Ah itu bukan lagi masaku.
Jahat ya, perempuan sudah menikah tapi masih menjadikan hobi sebagai prioritas, itu pikirku dulu.
Wow, egois sekali aku dengan jiwa yang juga butuh tempat bersandar. Tapi pikiran itu tidaklah lama. Jelang akhir tahun 2017, aku kira aku udah gila! Iya, aku ngak kenal lagi sama orang yang raganya aku lihat tiap hari. Benar-benar ngak kenal. Kayak jiwa ini tu udah diambil alih sama makhluk lain yang ntah siapa dia. Wah, aku hampir gila! Dan terimakasih yang sudah menolong aku untuk ngak gila beneran.
Dan, hobi lama kembali aku jalani. List drakor yang panjang itu akhirnya bisa aku centang. Buku? Yah walaupun tidak lagi prioritas utama. karena aku tidak sanggup memvisualisasikan ratusan halaman, jadi ku beli lagi buku-buku dengan cerita yang tidak terlalu kompleks. ‘Kenapa ngak baca ebook aja?‘ tanya beberapa orang. Walaupun sekarang banyak aplikasi novel atau kartun, tapi ngak ada yang bisa mengalahkan buku fisik yang bisa kita cium aroma kertasnya. Yang perlu diperhatikan biar ngak sobek, walaupun akhirnya kertasnya menguning. Tapi bagi orang yang sudah sejak 5 tahun membaca buku fisik, novel digital itu agak kurang sensasinya. Yah itu menurutku, mungkin kamu beda. hehe..
Yah mungkin inilah sedikit curhatan dari sinyak. Perempuan yang dulu lugas menulis, mungkin tulisan ini agak random, dengan paragraf yang ngak nyambung. Semoga bisa menyapa teman-teman lama, yang sejak 2015 dulu saling bertukar kabar. Yah, mungkin aku rindu.
Gado Gado Sinyak 